Masa
pubertas pasti akan dialami oleh anak-anak yang sudah mulai beranjak remaja.
Untuk Anak-anak perempuan akan mendapatkan menstruasi pertamanya sedangkan anak
laki-laki akan mengalami mimpi basah untuk pertama kalinya. Kedua hal itu
merupakan tanda dimulainya fase kedewasaan dari seorang anak. Kalau anak
perempuan biasanya akan lebih banyak mendapatkan edukasi tentang menstruasi
pertama dibandingkan dengan anak laki-laki.
Anak
laki-laki cenderung kurang edukasi dan referensi mengenai terjadinya mimpi basah
pertama. Tentu kebanyakan dari anak laki-laki tidak mengerti dengan apa yang
sedang terjadi pada tubuh mereka.
Terlebih
lagi ketika bukan kedua orang tuanya yang menjelaskan, maka anak laki-laki
cenderung akan mencari sumber informasi lain yang lebih dipercaya seperti guru.
Tetapi bagaimana jika informasi yang didapatkan tersebut salah atau justru
malah mengundang rasa penasaran si anak untuk melakukan hal-hal
negatif?
Tidak jarang kalau ketidaktahuan anak laki-laki tentang mimpi basah bisa jadi ajang ke dalam perilaku penyimpangan sosial. Yang menjadi Penyebab paling utama dikarenakan si anak penasaran dan ingin mencari tahu sendiri pada saat dia tidak mendapat pendampingan. Si anak mengalami mimpi yang membuatnya menjadi ‘ngompol’ yang berbeda dari sekadar pipis di celana sewaktu kecil. Pada saat mendengar penjelasan dari teman-temannya yang tidak benar, maka si anak akan bisa saja ‘diundang’ untuk melakukan pembuktian-pembuktian lain tentang organ kelaminnya. Yang bisa saja menyebabkan penyimpangan seksual bersama teman perempuannya.
Lebih parahnya lagi jika ini dibarengi dengan peningkatan hormon yang mulai memicu gairah seksual anak. Yang semakin membuat anak laki-laki ingin mencari tahu bagaimana reaksi alat kelaminnya hingga sampai bisa mengeluarkan cairan berwarna putih yang belum dikenalnya. Tidak mengherankan apabila terjadi banyak kejadian seks pra nikah yang dilakukan oleh anak-anak yang baru mengalami pubertas. Oleh sebab itu peran penting orang tua untuk menjadi sumber dan pendamping utama yang menjelaskan kepada anak laki-laki tentang terjadinya mimpi basah.
Bagaimana
cara orang tua menjelaskan pada anak-anak? Yuk, simak penjelasannya
berikut ini!
Berbeda
dari anak perempuan yang adanya tanda-tanda tertentu pada saat akan mengalami
menstruasi, pada anak laki-laki tidak mengalami tanda apa pun pada saat akan
mengalami mimpi basah.
Mimpi
basah biasanya terjadi secara alami pada anak laki-laki yang rentang usianya
antara umur 12-13 tahun. Mengutip dari laman Metro Parent yang mengungkapkan
bahwa pada rentang usia tersebut adalah usia normal akan terjadinya mimpi basah
pada anak laki-laki. Yang mana biasanya pada anggota tubuh anak laki-laki tidak
mengalami perubahan sebelum mimpi basah terjadi. Setelah terjadinya mimpi basah
biasanya akan terjadi perubahan suara dan timbulnya jakun.
Terjadinya Mimpi Basah
Pertama
Dalam
sebuah artikel Wet
Dreams: A Big Change for Boys, menjelaskan dengan detail tentang proses
terjadinya mimpi basah pada anak laki-laki. Dalam artikel tersebut juga
menyebutkan bahwa anak laki-laki sudah sering mengalami ereksi (penis menegang)
dalam keadaan biasa, seperti saat bangun tidur di pagi hari, pada saat mandi, ataupun
di kesempatan lainnya. Sebelum masa pubertas, adanya ereksi tidak dipengaruhi
oleh hormon. Ereksi akan terjadi dikarenakan perintah dari otak yang terjadi
secara alami.
Akan
tetapi pada saat akan terjadi mimpi basah, mulailah adanya pengaruh hormonal di
sini. Testikel, atau yang lebih dikenal dengan testis mulai memproduksi hormon
testosterone. Hormon testosterone akan memberikan sinyal pada kelenjar pria
untuk menghasilkan cairan. Cairan inilah yang akan membawa sperma menuju penis
sampai ia dikeluarkan dan bertemu dengan sel telur. Cairan yang berwarna putih
ini yang dinamakan semen. Bukan semen yang digunakan untuk bahan bangunan ya,
Bunda. Akan tetapi semen yang dikeluarkan pada saat penis mengalami ejakulasi.
Ejakulasi merupakan proses keluarnya cairan yang berisi sperma, yang
tidak akan terjadi sebelum masa pubertas.
Nah, dikarenakan
anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah dan terjadi ejakulasi, atau yang
sering disebut dengan nocturnal emission. Pada saat mimpi basah ini
terjadi, semen akan keluar dari penisnya ketika anak laki-laki tertidur.
Keluarnya semen ini biasanya disebabkan adanya mimpi tentang hubungan seksual.
Walaupun begitu kebanyakan dari anak laki-laki tidak mengingat mimpinya saat
mereka bangun.
Anak
laki-laki biasanya akan terkejut ketika bangun tidur dalam keadaan basah dan
berbeda dari ‘ngompol’ biasanya. Yang sering terjadi biasanya anak laki-laki
justru enggan membicarakan hal ini dengan orang tuanya. Dan mereka cenderung
menyembunyikan fakta tersebut dikarenakan merasa malu dan takut dimarahi kalau
ketahuan mengompol. Hal inilah yang membuat anak laki-laki jadi cenderung
tertutup dan enggan bertanya langsung kepada orang tuanya.
Walaupun
seperti itu bukan berarti tidak ada solusinya. Ada berbagai
cara untuk mempersiapkan anak laki-laki dalam menghadapi
pubertasnya. Salah satunya dengan cara mengedukasinya tentang apa itu mimpi
basah ataupun hal lain seputar organ reproduksinya. Adakalanya, anak laki-laki
akan merasa lebih nyaman apabila bercerita dengan sesama laki-laki, yaitu
ayahnya. Akan tetapi, peran Bunda juga diperlukan untuk mendampingi apabila
Ayah mengalami kesulitan pada saat menjelaskan.
Alangkah
baiknya sebelum mulai mengedukasi anak, Ayah dan Bunda menyiapkan hal-hal
berikut ini:
Persiapan Sebelum Mulai
Edukasi
1. Mental
Orangtua
Persiapkan
terlebih dahulu mental Ayah dan Bunda untuk menghadapi reaksi anak ketika
mendengarkan penjelasan kalian. Reaksi dari setiap anak tentu akan berbeda, ada
yang reaksinya bingung, biasa saja, atau bahkan malah heboh. Tenangkan hati dan
pikiran jangan sampai Ayah dan Bunda jadi frustrasi ketika harus menjelaskan
dengan kata yang tepat.
2. Ilmu
Tentang Pubertas Anak Laki-Laki
Apabila
sudah menyiapkan mental, maka Ayah dan Bunda perlu untuk mempelajari lagi
apa yang nantinya akan dijelaskan pada anaknya. Memang pada dasarnya Ayah dan
Bunda sudah memahami akan konsepnya. Tapi percayalah, apabila Ayah dan Bunda
tidak mempelajari kembali ilmunya, sudah dipastikan tidak akan bisa
menjelaskan secara runtut dan mudah dipahami. Apabila diperlukan maka Ayah dan
Bunda bisa mencari sumber penjelasan secara ilmiah dan secara keagamaan. Jika
sudah paham maka ketika menjelaskan kepada anak akan jadi lebih mudah.
3. Buku
atau Gambar Tentang Anatomi Alat Kelamin
Menjelaskan
tentang proses terjadinya mimpi basah pertama tanpa dilengkapi adanya alat
bantu gambar memang masih mungkin dilakukan. Akan tetapi akan lebih sulit
dijelaskan daripada dengan menunjukkan gambar langsung kepada anak. Maka dari
itu, Ayah atau Bunda dapat menggunakan gambar anatomi alat kelamin anak
laki-laki untuk mempermudah dalam menjelaskan pada anak tentang proses
terjadinya mimpi basah.
4. Jawaban
Sederhana
Biasanya
Anak akan lebih banyak bertanya tentang hal-hal yang mungkin tidak ia mengerti.
Maka dari perlu untuk mempersiapkan jawaban yang paling sederhana dan tidak
berbelit-belit supaya mudah dicerna oleh anak.
5. Peralatan
Menghadapi Mimpi Basah Pertama Anak
Meski mimpi basah pertama biasanya terjadi pada saat anak tidur di rumah, bukan berarti anak tidak memerlukan peralatan tambahan. Ayah dan Bunda harus menyiapkan sprei, celana dalam, serta baju ganti untuk dibawa pada saat mengedukasi, dan mengarahkan bahwa barang-barang tersebut akan disimpan dalam lemarinya apabila sewaktu-waktu ia mengalami mimpi basah pertamanya.
Saat Mimpi Basah Pertama
Terjadi
1. Mulailah
Edukasi Sebelum Mimpi Basah Pertama Terjadi
Alangkah
baiknya, Ayah dan Bunda untuk memulai edukasi pada anak laki-laki tentang
bagaimana semen di buat dan apa yang terjadi apabila ejakulasinya lebih awal
sebelum mimpi basah pertama yang sesungguhnya terjadi. Hal tersebut
dikarenakan rentang usia perkiraan anak akan mengalami mimpi basah pertama
adalah umur 12-13 tahun, maka Ayah dan Bunda bisa mulai mengedukasi satu tahun
lebih awal. Hal ini mempunyai tujuan untuk mencegah anak mencari informasi yang
salah mengenai mimpi basah dan supaya lebih siap pada saat itu terjadi. Dan
jangan lupa untuk menjelaskan bahwa mimpi basah memang tidak dialami oleh semua
anak laki-laki, akan tetapi kemungkinan besar anak laki-laki pasti akan
mengalaminya.
2. Jelaskan
Seolah Mimpi Basah adalah Hal yang Biasa
Ayah
dan Bunda perlu menggunakan bahasa yang sederhana supaya mudah dipahami saat
menjelaskan pada anak laki-laki tentang mimpi basah. Ayah dan Bunda dapat
dengan menjelaskan bahwa mimpi basah adalah anak sudah tumbuh menjadi laki-laki
setengah dewasa. Bunda dan Ayah mulai bisa untuk memperbolehkan anak mulai
bercukur seperti Ayah, memakai parfum layaknya orang dewasa, ataupun memakai
celana dalam tanpa adanya gambar kartun.
3. Jelaskan
dengan Runtut dari Awal
Menjelaskan
hal ilmiah sangat perlu runtutan yang tepat supaya anak bisa lebih memahami
asal mula perubahan yang terjadi pada dirinya. Apabila Ayah dan Bunda memilih
menggunakan kalimat yang tertukar-tukar, maka anak akan semakin mengalami
kebingungan.
4. Gunakan
Gambar Anatomi
Menggunakan
gambar anatomi alat kelamin akan memudahkan dalam menjelaskan bagaimana hormon
testosterone memproduksi cairan yang nantinya akan membawa sperma keluar dari
penis . Dengan menggunakan gambar visual, maka anak akan lebih mudah dalam
memahami bahwa mimpi basah merupakan sesuatu yang terjadi di dalam tubuhnya
secara alami dan terjadi tanpa memerlukan adanya masturbasi atau rangsangan
dari pihak lain. Secara tidak langsung, Ayah dan Bunda dapat menjelaskan pada
anak bahwa mimpi basah adalah momen alami yang tidak perlu untuk dilakukan reka
ulang dengan orang lain. Supaya penyimpangan seksual dapat dihindari.
5. Beritahu
Anak Agar Tidak Perlu Malu
Dikarenakan
mimpi basah merupakan hal alami yang terjadi, maka anak laki-laki perlu
diingatkan untuk tidak malu memberitahu Ayah atau Bunda tentang momen ini pada
saat terjadi nanti. Yakinkan bahwa pubertasnya ini merupakan suatu hal yang
membanggakan bagi Ayah dan Bunda, sehingga anak akan lebih merasa nyaman ketika
menceritakan pengalaman mimpi basah pertama pada kedua orang tuanya.
6. Jelaskan
Juga Tentang Pubertas Lawan Jenis
Ada
satu hal penting yang sangat perlu anak laki-laki pelajari supaya dapat
terhindar dari penyimpangan seksual, yaitu pubertas yang dialami oleh anak
perempuan. Ayah dan Bunda hanya cukup menjelaskan dengan sederhana bahwa anak
perempuan juga akan mengalami pubertas yaitu dengan keluarnya darah dari alat
kelaminnya yang mengawali dengan diproduksinya sel telur. Ayah dan Bunda juga
bisa memberi tahu anak tentang kemungkinan akan terjadinya kehamilan pada anak
perempuan apabila sel telurnya dibuahi sel sperma. Hal ini bertujuan untuk
mengedukasi anak untuk lebih berhati-hati dalam pergaulannya dengan lawan
jenis, dikarenakan anak laki-laki sudah bisa menghasilkan sperma yang dapat
bertemu dengan sel telur lewat aktivitas seksual. Penjelasan seperti ini
merupakan langkah awal yang baik untuk mencegah terjadinya penyimpangan seksual
pada anak-anak.
7. Gunakan
Sebutan Ilmiah
Pada
saat menjelaskan tentang anatomi kelamin ataupun pubertas lawan jenis, lebih
baik gunakan sebutan ilmiah untuk setiap organ yang dijelaskan. Menyebutkan
alat kelamin anak-anak sesuai dengan namanya yaitu penis dan vagina, dan perlu
hindari menggunakan sebutan lain yang berhubungan dengan organ
tersebut.
8. Ajari
Anak Bagaimana Cara Membersihkan Diri Usai Mimpi Basah
Semen
yang keluar pada saat ejakulasi memiliki tekstur yang lengket dan basah.
Sebelum anak mengalami mimpi basah pertamanya, Ayah dan Bunda juga dapat
mengajarkan anak untuk membersihkan alat kelaminnya dengan lebih detail.
Terutama kepada anak laki-laki yang belum disunat. Hal itu untuk menghindari
adanya penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi kuman, maka seluruh bagian
lipatan ataupun daerah yang tidak terjangkau saat dibersihkan harus detail
dibasuh dengan air dan sabun.
9. Tunjukkan
Perlengkapan Pengganti Pada Saat Anak Menyadari Ia Mimpi Basah Pertama
Ayah
dan Bunda bisa mempersiapkan sprei, baju ganti, dan juga celana
dalam yang bersih untuk ditunjukkan pada saat mengedukasi anak tentang mimpi
basah. Jelaskan bahwa barang-barang tersebut dapat anak gunakan seusai
membersihkan diri dan mengganti seprai yang basah. Katakan juga bahwa
perlengkapan tersebut diletakkan di dalam lemarinya untuk memudahkannya
mengganti sendiri nanti.
10. Ajari Anak Membersihkan Sprei dan Pakaiannya Usai Mimpi Basah
Ini
bisa untuk dijadikan momen untuk belajar si anak. Bahwa anak laki-laki juga
harus dididik agar cakap dalam hal yang berkaitan dengan rumah tangga.
Bertanggung jawab untuk mencuci sendiri sprai dan pakaiannya yang basah juga
bisa Ayah dan Bunda ajarkan kepada anak. Sehingga dapat dikatakan, bahwa mimpi
basah merupakan awal mula anak untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
dengan cara mencuci pakaiannya sendiri. Tidak perlu terlalu terburu-buru untuk
langsung memasrahkan tugas itu pada anak. Karena hal tersebut boleh dilakukan
secara bertahap untuk melatih kemandirian anak.
11. Bila Perlu, Jelaskan dari Sisi Keagamaan
Menjelaskan
tentang aturan agama tentang mimpi basah dan proses kedewasaan anak juga perlu
dilakukan supaya anak juga tahu tentang keseimbangan hidup. Ajarkan pada anak
untuk tetap mematuhi tata cara keagamaan tentang mimpi basah dan alasan di
baliknya.
12. Rayakan Perubahan Anak dengan Sederhana
Untuk
menambah semangat anak, Ayah dan Bunda bisa membuat perayaan kecil-kecilan.
Bukan untuk tujuan yang negatif kok. Tapi lebih mengarah kepada penerimaan
momen baru yang mungkin akan lebih banyak mengubah anak laki-laki untuk menjadi
sosok yang baru. Dan jangan lupa untuk membekali dengan nasihat-nasihat bijak
tentang kedewasaan yang mungkin diperlukan oleh anak saat bersosialisasi dengan
lingkungannya.
13. Siapkan Diri Apabila Anak Enggan Bercerita Tentang Mimpi Basahnya
Masih
banyak anak-anak yang lebih suka untuk tidak bercerita meskipun orang tuanya
sudah berusaha untuk lebih terbuka. Untuk menghadapi kemungkinan anak yang
enggan untuk bercerita tentang mimpi basah pertamanya, Ayah dan Bunda perlu
untuk menyiapkan diri.
Tawarkan
juga pada anak, jika memang ia tidak mau untuk menceritakan kapan ia mengalami
mimpi basah pertama pada Ayah dan Bunda, itu tidak menjadi masalah dan ia
akan tetap disayangi seperti sebelumnya. Dengan menunjukkan perlengkapan
pengganti seperti pada poin sebelumnya dan edukasi lebih awal, juga dapat untuk
membantu anak belajar mandiri dan bersiap apabila saat itu terjadi meskipun
enggan untuk menceritakannya pada Ayah dan Bunda.
Momentum
mimpi basah pertama kali pada anak laki-laki memang tidak serta merta
dengan mudah dilalui. Meskipun terkesan tidak serumit menstruasi pada anak
perempuan, momentum ini juga sangat berkesan bagi anak laki-laki. Ada
kemungkinan terjadi gejolak emosi tentang keinginan untuk mencari jati diri
yang baru usai mimpi basah.
Meskipun ada pula kemungkinan anak laki-laki justru minder ketika momen mimpi basahnya terjadi. Maka dari itu , diperlukan peran dari orang tua dalam mendampingi anak laki-laki untuk melalui masa ini dan meyakinkan kepada anak bahwa ada Ayah dan Bunda selalu siap untuk mendengar cerita mereka, mungkin memerlukan waktu yang tidak sebentar. Akan tetapi apabila sudah terbiasa, pasti mudah dilakukan.