Stunting
telah menjadi isu kesehatan yang serius di era sekarang, berdasarkan Survei
Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 dari Kementerian Kesehatan, persentase
stunting pada anak Indonesia masih cukup tinggi, yaitu sebesar 21,6%.
Untuk
mencegah stunting, intervensi diperlukan sejak awal, yaitu sejak ibu hamil
dengan mendapatkan asupan gizi yang cukup. Setelah anak lahir dan mendapatkan
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, dilanjutkan dengan memberikan makanan tambahan
yang berkualitas dan bergizi dengan mengutamakan pemberian protein hewani,
sehingga bayi dapat mencapai berat badan yang normal seiring dengan pertumbuhan
usianya.
Mengapa
berat badan bayi penting untuk diperhatikan? Selain mencegah stunting, status
gizi yang baik adalah dasar bagi anak dalam mencapai perkembangan kognitif yang
optimal. Artikel ini akan menjelaskan berat badan bayi normal sesuai dengan
usia serta faktor apa saja yang memengaruhi berat badan bayi.
Berat Badan Bayi Normal Menurut Usianya
Organisasi
Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan standar bayi normal sejak lahir hingga
berusia satu tahun, tujuannya adalah untuk mempersiapkan potensi anak untuk
berkembang dalam kisaran berat dan tinggi badan yang sama.
Standar
berat badan bayi WHO adalah petunjuk umum, jika AyBundd memiliki kekhawatiran
tentang berat badan bayi maka berkonsultasilah dengan dokter anak untuk
mendapatkan penilaian yang lebih akurat dan informasi lebih lanjut. Berikut
rentang berat badan bayi normal menurut usianya berdasarkan standar dari WHO:
1. Berat
Badan Bayi Saat Lahir
Bayi
yang lahir dalam kondisi normal atau sesuai dengan prediksi kisaran lahiran,
usia ibu, kenaikan berat badan ibu saat hamil hingga kadar hemoglobin ibu.
Berat badan bayi laki-laki yang baru lahir umumnya antara 2,5-4,5 kilogram
(kg), sedangkan bayi perempuan sebesar 2,5-4,0 kg.
2. Berat
Badan Bayi Usia 0-1 Bulan
Setelah
lahir, berat badan bayi akan menyusut akibat kehilangan cairan tubuh dan juga
dalam proses awal penyesuaian minum ASI atau susu. Penurunan BB bayi yang
normal ini hanya berlangsung hingga usia 7-10 hari dan tidak lebih dari 10% BB
lahir. Setelahnya saat sudah berhasil menyusui, bayi akan mulai mengalami
kenaikan berat badan yang pesat hingga mencapai BB antara 3-6 kg.
3. Berat
Badan Bayi Usia 1-2 Bulan
Setelah
satu hingga dua bulan, bayi akan sering merasa lapar. Sehingga bayi akan
semakin sering menyusui dan mencapai pertumbuhan berat badan yang normal. Pada
usia 1-2 bulan, berat badan bayi normalnya berkisar antara 4-7 kg.
4. Berat
Bayi Usia 2-4 Bulan
Bayi
akan semakin aktif dan responsif sehingga membuatnya sering merasa lapar. Bayi
akan mudah atau cepat menangis karena lapar dan sudah mulai memahami jam-jamnya
laparnya untuk rutin menyusu. Pada usia ini juga, frekuensi bayi menyusui
semakin tinggi sehingga pertumbuhan berat badan bayi akan terlihat pesat
berkisar antara 5-8 kg.
5. Berat
Badan Bayi Usia 4-6 Bulan
Memasuki
masa grow spurt atau percepatan pertumbuhan bayi di usia 6 bulan, rasa lapar
yang dirasakan semakin meningkat. Jadwal menyusui yang telah rutin dilakukan
mendadak berantakan dan membuat AyBundd memberikan lebih banyak dari kebutuhan
normal. Tidak perlu khawatir dengan kondisi tersebut dan berikan tambahan waktu
menyusui. Pada usia empat hingga enam bulan berat badan bayi pun berada di
antara 6-9 kg.
6. Berat
Badan Bayi Usia 6-9 bulan
Bayi
usia 6 bulan bayi akan memulai makan pertama mereka atau yang disebut dengan
Makanan Pendamping ASI (MPASI). Pada usia ini, bayi akan melakukan adaptasi
dengan makanan yang masuk ke dalam mulut mereka dan mencernanya untuk pertama
kali. Transisi dari mengonsumsi ASI atau susu formula menjadi makanan padat
menempatkan bayi usia 6-9 bulan mencapai berat badannya antara 7-10 kg.
7. Berat
Badan Bayi Usia 9-12 Bulan
Setelah
berhasil memulai MPASI, pada usia 9-12 bulan bayi akan diperkenalkan dengan
makanan bertekstur. Orang tua semakin mengetahui makanan yang disukai oleh
bayinya, sehingga minat untuk makan semakin bertambah dan berdampak pada berat
badan bayi antara 8-11 kg.
Faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Bayi
Berat
badan bayi yang satu dengan yang lainnya dapat bervariasi, dan pertumbuhannya
tidak selalu sama dengan standar berat badan bayi menurut WHO. Berbagai faktor
mempengaruhi pertambahan atau penurunan berat badan bayi, mulai dari faktor
lingkungan sekitar, genetik, dan gaya hidup orang tua. Berikut ini adalah
rinciannya.
1. Genetik
Meskipun
bukan penentu utama, namun faktor genetik tetap memiliki peranan dalam
pertumbuhan berat badan bayi.
2. Kesehatan Ibu
Kesehatan
ibu selama kehamilan sangat mempengaruhi berat badan bayi. Jika ibu menderita
penyakit tertentu, seperti diabetes atau hipertensi, berat badan bayi dapat
terpengaruh.
3. Gizi Ibu
Asupan
nutrisi selama kehamilan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Jika ibu tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, berat badan bayi akan
terkena dampak.
4. Waktu Lahir
Bayi
yang lahir prematur cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah karena
proses pertumbuhan di dalam rahim yang belum sempurna.
5. Jenis Kelamin
Bayi
laki-laki cenderung memiliki berat badan yang lebih berat daripada bayi
perempuan.
6. Kehamilan Ganda
Bayi
kembar ganda atau lebih cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah karena
mereka harus berbagi sumber nutrisi yang sama di dalam rahim.
7. Faktor Lingkungan
Perhatikan
kondisi lingkungan sekitar AyBundd seperti: asap rokok, polusi, hingga paparan
zat beracun. Hal tersebut bisa mempengaruhi pertambahan berat badan bayi.
8. Pemberian ASI
ASI
dapat mempengaruhi berat badan bayi karena itu bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif cenderung memiliki berat badan di atas rata-rata dari bayi yang
mendapatkan susu formula.
9. Kesehatan Bayi
Pastikan
bayi AyBundd tidak terkena infeksi atau masalah medis lainnya, sebab kondisi
tersebut dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan BB bayi.
Setiap
bayi memiliki ritme tumbuh kembang yang berbeda-beda ya AyBund, jadi tidak
semua bayi akan mengalami penambahan berat badannya yang cepat ataupun seragam.
AyBund perlu memantau secara konsisten pertumbuhan berat badan bayi AyBundd
setiap bulannya dan melakukan penilaian di kurva pertumbuhan. Jika dirasa tidak
sesuai dengan kurva maka sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter
anak.
Foto:
Designed by Freepik
Sumber:
https://www.medicalnewstoday.com/articles/325630